Minggu, 10 Mei 2009

INFEKSI PADA NEONATUS

ASUHAN NEONATUS & BAYI DENGAN MASALAH

SERTA PENATALAKSANAAN

INFEKSI PADA NEONATUS



Dosen Pembimbing : Yustina Wenny TL, S. SiT


KELOMPOK VI :

LINA RIHANI

NANI SUMARNI

NITA RAHMAWATI

YENNY KHAIRUNISA



AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN

BANJARMASIN

2008







Infeksi Pada Neonatus

Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat imunitas trans. Plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain. Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas.

# Patogenesis

Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3 golongan, yaitu :

1. Infeksi Antenatal

Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :

(a). Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalic inclusion ;

(b). Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues ) ;

(c). Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.

2. Infeksi Intranatal

Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ), mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ” oral trush ”.

3. Infeksi Pascanatal

Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.

Diagnosa infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk kepentingan bayi itu sendiri tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan perawatan bayinya. Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Tanda khas seperti yang terdapat bayi yang lebih tua seringkali tidak ditemukan. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan laboratarium seringkali diagnosis didahului oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan persangkalan itu diagnosis dapat ditegakkan dengan permeriksaan selanjutnya.

Infeksi pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup wasdpada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelaianan kongenital tertentu, namun tiba – tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi. Beberapa gejala yang dapat disebabkan diantaranya ialah malas, minum, gelisah atau mungkin tampak letargis. Frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba – tiba turun, pergerakan kurang, muntah dan diare. Selain itu dapat terjadi edema, sklerna, purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplehomegali dan kejang. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal. Pada bayi BBLR seringkali terdapat hipotermia dan sklerma. Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu ” Not Doing Well ” kemungkinan besar ia menderita infeksi.

Pembagian infeksi perinatal.

Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan besar, yaitu berat dan infeksi ringan.

1. Infeksi berat ( major in fections ) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare epidemik, plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.

2. Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi umbilikus ( omfalitis ), moniliasis.


Sepsis Neonatal


Gejala sespis pada neonantus telah diterangkan pada diagnosis infeksi perinatal. Dengan menemukan gejala tersebut, apalagi dari anamnesis diketahui terdapat kemungkinan adanya infeksi antenatal atau infeksi maka tindakan yang dilakukan ialah :

1. Memberikan antibiotika spektrum luas sambil menunggu biakan darah dan uji resistensi. Antibiotika yang menjadi pilihan pertama ialah sefalosporin ( sefotaksim ) dengan dosis 200 mg / kgbb / hari intravena dibagi dalam 2 dosis, dikombinasi dengan amikasin yang diberikan dosis awal 10 mg / kgbb / hari intarvena, dilanjutkan dengan 15 mg / kgbb / hari atau dengan gentomisin 6 mg / kgbb / hari. Pilihan kedua ialah ampisilin 300 – 400 mg / kgbb / hari intravena, dibagi dalam 4 dosis. Pilihan selanjutnya ialah kotriminazol 10 mg / kgbb / hari intravena dibagi dalam 2 dosis selama 3 hari, dilanjutkan dengan dosis 6 mg / kgbb / hari intravena dibagi dalam 2 dosis ( dihitung berdasarkan dosis trimetoprim ). Lama pengobatan untuk sepsis neonatal ialah 14 hari. Pada klorompenikol pada neonatus tidak melebihi 50 mg / kgbb / hari untuk mencegah terjadinya syndrom ” Grey Baby ” dan pemberian sefalosporin serta kotrimoksazol tidak dilakukan pada bayi yang berumur kurang dari 1 minggu.

2. Pemeriksaan laboratorium rutin.

3. Biakan darah 2 uji resistensi.

4. Fungsi lumbal dan biakan cairan serebrospinalis dan uji resistensi.

5. Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin.


Pencegahan Infeksi


Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imun mereka imatur, oleh karena itu, akibat kegagalan mengikuti prinsip pencegahan infeksi terutama sangat membahayakan. Praktik pencegahan infeksi yang penting diringkas di bawah ini.

Prinsip Umum Pencegahan Infeksi

Dengan mengamati praktik pencegahan infeksi di bawah akan melindungi bayi, ibu dan pemberi perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu juga akan membantu mencegah penyebaran infeksi :

  • Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.
  • Pertimbangkan setiap orang ( termasuk bayi dan staf ) berpotensi menularkan infeksi.
  • Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.
  • Pakai – pakaian pelindung dan sarung tangan.
  • Gunakan teknik aseptik.
  • Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika perlu sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.
  • Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah.
  • Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.

Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi

Berikan perawatan rutin bayi baru lahir :

  • Setelah enam jam pertama kehidupan atau setelah suhu tubuh bayi stabil, gunakan kain katun yang direndam dalam air hangat untuk membersihkan darah dan cairan tubuh lain ( misal: dari kelahiran ) dari kulit bayi, kemudian keringkan kulit. Tunda memandikan bayi kecil ( kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau sebelum usia gestasi 37 minggu ) sampai minimal hari kedua kehidupan.
  • Bersihkan bokong dan area perineum bayi setiap kali mengganti popok bayi, atau sesering yang dibutuhan dengan menggunakan kapas yang direndam dalam air hangat bersabun, kemudian keringkan area tersebut secara cermat.
  • Pastikan bahwa ibu mengetahui peraturan posisi penempatan yang benar untuk meyusui untuk mencegah mastitis dan kerusakan puting.





DAFTAR PUSTAKA



Budi Nike Subakti, dkk. Buku Saku Managemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Perawat dan Bidan. Jakarta : EGC, 2007.

FK_UI. Ilmu Kesehatan Anak. 1985

0 komentar: