Minggu, 10 Mei 2009

Post Partum Blues

POST PARTUM BLUES

A. Pengertian


Saat – saat membahagiakan bagi ibu yang baru saja bersalin adalah melihat, memeluk dan mencium bayinya.

Namun perasaan bahagia sering diselingi munculnya keluhan psikismaupun fisik.

Rasa suka cita berganti ‘duka’ tatkala ibu yang baru melahirkan mengalami gangguan psikis. Biasanya perasaan – perasaan tak enak muncul di minggu pertama atau minggu kedua setelah bersalin dan berlangsung hingga kurang lebih satu bulan lamanya. Kendala psikologis ini disebut postpartum blues, sindrom ini sebenarnya tidak aneh karena secara alamiah banyak dialami ibu yang baru melahirkan meski tidak sumuanya.

B. Etiologi

Secara umum, gangguan psikis ini disebabkan beberapa faktor, yaitu :

* Perubahan hormon perlu diketahui, ketika mengandung bahkan setelah melahirkan terjadi ‘ fluktuasi’ hormonal dalam tubuh. Hal inilah yang antara lain menyebabkan terjadinya gangguan psikologis pada ibu yang baru melahirkan.

* Kurangnya persiapan mental yang dimaksud disini adalah kondisi psikis atau mental yang kurang dalam menghadapi berbagai kemungkinan seputar peran gsnda merawat bayi, pasangan, dan sendiri. Terutama hal – hal baru dan ‘ luar biasa’ yang bakal dialami setelah melahirkan. Ini tentunya dapat menimbulkan masalah.

C. Gejala

Berbagai hal berikut merupakan gejala gangguan psikologis yang biasanya dialami ibu setelah bersaalin :

* Merasa bosan, sedih, bahkan menangis sesudah melahirkan, ibu merasa ‘bosan’ karena yang dihadapinya sehari – hari hanyalah seputar perawatan dan pengasuhan bayi yang cukup merotkan. Apalagi jika tidak ada siapapun yang membantu. Di sisi lain, bayi yang semula manis kini sering rewel dan menangis tiada hentinya. Semua cara sudah dikerahkan tapi sikecil tetap saja menangis. Rasa kecewa atau kesl bercampur aduk karena segala upaya yang sudah dilakukan ternyata tak membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

* Mudah marah, tersinggung dan persaan labih sensitif kala melihat bayi menangis, sering muntah, dan sebagainya, ibu secara tak sadra malah memarahi atau membentak si kecil. Di sisi lain, suami biasanya bingung kenapa isterinya jadi sensitif dan mudah tersinggung, dan menimbulkan ibu semakin kesal pada suami, orang tua, dan mertua jika mereka tidak membantu menyelesaikan masalah. Di sisi lain, ibu mungkin kurang terbuka atau enggan mengemukakan kendala yang sedang dialami. Sebenarnya, karena tidak pernah curhat itulah, orang – orang terdekat jadi tak memahaminya apa sebenarnya yang tengah dirasakan. Pada akhirnya terjadi konflik dengan suami, orang tua, atau mertua.

* Merasa terasing, bersalah, dan malu selama berada di RS, begitu usai melahirkan, ibu mendapatkan perhatian penuh dari keluarga, kerabat, teman dan lainnya. Namun, bagitu pulang kerumah , kondisi bisa berubah 180 derajat. Ibu kurang mendapat perhatian dari lingkungan terdekat dan harus mengurus si bayi lebih intens dari siapa pun karena suami mulai kembali sibuk bekerja. Masalah bisa makin bertumpuk tatkala ibu menemui kesulitan dalam memberikan ASI misalnya, sementara tuntutan mengurus kebutuhan suami dan diri sendiri harus tetap dipenuhi. Bayangan semula yang terasa menyenangkan kini menyergap dalam bentuk aneka kerepotan. Akibatnya ibu merasa terasing. Belum lagi bila orangtua atau mertua banyak memberi komentar atau terlalu ikut campur soal pengurusan anak hanya karena merasa lebih berpengalaman. Hal – hal semacam ini gampang membuat ibu semakin bingung. Dalam hati, muncul rasa bersalah sekaligus malu dikomentari kurang terampil mengurus anak dan sebagainya.

C. Solusi

Berbagai keluhan psikis rata – rata dialami ibu yang baru pertama kali melahirkan. Namun, bukan berarti setiap ibu pasti mengalami sindrom baby blues. Kalau kendala tersebut tak terselesaikan dengan baik biasanya keluhan serupa akan muncul kembali dipasacapersalinan berikutnya. Bekal teori tentang pengasuhan anak atau persiapan diri sejak awal tentunya akan sangat membantu ibu untuk lebih siap. Termasuk ketika mengalami kendala psikis. Memang bukan jaminan ibu yang paham mengenai baby blues syndrome dan cara mengatasinya, otomatis tak akan mengalami kendala tersebut. Kalaupun sudah terlanjur mengalami sindrom itu, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya :

berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya :

* . Dukungan suami, orangtua, mertua sangat dibutuhkan. Dalam hal ini, penting sekali peran serta orang – orang terdekat untuk membantu meringankan tugas ibu mengasuh / merawat sang bayi dengan cara bagi – bagi tugas. Dengan begitu, beban yang dipikul jadi jauh lebih ringan. Selama 2 minggu pascamelahirkan, suami sebaiknya mendampingi istri tercinta. Mengapa ? Karena dimasa ini ibu tengah beradaptasi dengan bayi dan segala permasalahannya. Bila masa ini terlewati dengan baik biasanya kendala pengasuhan dan perawatan bayi bisa teratasi. Yang tak kalah penting, suami seharusnya mengerti kondisi istri setelah melahirkan. Suami harus lebih sabar da mengerti jika istrinya jadi uring – uringan. Cobalah pahami masalah yang dihadapi dan bantulah mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

* Curhat pada orang – orang yang dipercaya. Berbagi masalah dengan orang – orang yang dipercayai seperti teman, saudara, orangtua, atau sesama ibu yang pernah mengalami hal serupa tentu bisa membantu. Setidaknya, anda tidak merasa sendirian karena bisa bertukar pikiran mengenai cara – cara mengatasi keluhan psikis yang dialami. Meski anda sudah banyak membaca literatur tentang cara mengatasi sindrom tersebut, adakalanya teori yang didapat berbeda dari kenyataan masalah yang dihadapi.

* Konsultasi pada psikolog. Jika dukungan suami atau orang terdekat lainnya tak bisa diharpakan atau tak menghasilkan solusi yang memuaskan, pilihan alternatifnya adalah konsultasi pada yang ahli, yaitu psikolog yang dapat membantu mencarikan jalan keluar dari masalah seputar pascapersalinan. Berkonsultasi dengan pakar membuat ibu setidaknya berpikir bahwa persoalan yang dihadapi bukanlah sesuatu yang “ abnormal “, melainkan wajar.

* Persiapan jauh – jauh hari. Di atas semua itu, yang terpenting adalah persiapan jauh – jauh hari, termasuk didalamnya persiapan mental, fisik maupun finansial. Perbanyaklah pengetahuan atau informasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, pengasuhan anak dan sebagainya. Dengan begitu, permasalahan kehamilan ataupun kendala setelah melahirkan setidaknya bisa teratasi dengan baik. Kalau kegiatan membaca literatur tentang perawatan bayi baru dilakukan ketika si kecil sudah lahir penyerapan infoemasinya mungkin kurang optimal. Bisa dibayangkan bukan, karena disaat yang bersamaan anda sudah disibukkan dengan aktifitas merawat si kecil yang seolah – olah tiada habis – habisnya.

* Mengundang anggota keluarga untuk ikut membantu. Dalam hal ini, orangtua baru perlu menyadari bahwa ibu membutuhkan waktu untuk beristirahat. Karena itu, dukungan dari seluruh anggota keluarga sangat dibutuhkan. Nenek si bayi, bibinya, ataupun anggota keluarga besar yang lain, boleh diundang bila bersedia membantu. Demikian pula halnya dengan pengasuh bayi ataupun orang yang akan mengurus rumah tangga. Semua tenaga bantuan ini sangat berguna agar ibu dapat memulihkan kembali kondisinya pasca-persalinan. Perlu diingat, bila kehadiran anggota keluarga malah mengganggu karena jadi merepotkan, sebaiknya pertimbangkan kembali undangan itu.

* Utamakan hal yang menjadi prioritas. Kadang – kadang hanya merawat dan mengasuh bayi menjadi seseorang yang terbiasa bekerja di kantor atau ditempat lain menjadi minder dan tak berarti. Boleh jadi ada orang yang ingin segera mengakhiri masa cuti atau orang yang ingin segera melakukan sesuatu hal yang lain. Sebenarnya, bila anda merasa bahwa mengasuh seorang manusia baru adalah pekerjaan terpenting di dunia, maka anda akan merasa lebih baik. Maka itulah, mengasuh dan merawat anak sebaiknya menjadi prioritas dan hal lain tidak menjadi beban pikiran, kecuali bila keadaan memang membuat anda harus memprioritaskan hal lain.

* Pergilah jalan – jalan. Baby blues dapat dikurangi dengan melihat alam sekitar, tidak hanya terkurung empat dinding saja. Menjadi ibu baru tidak membuat anda menandatangani kontrak sebagai penghuni ‘gua’. Ajaklah bayi beserta anda dan cobalah hirup udara taman yang segar serta suara – suara alam yang menenangkan, paling tidak sehari dalam seminggu.

* Cobalah terapi kelompok. Banyak lagi pasien baby blues di dunia ini. Hubungilah dokter anda, tanyakan klinik yang memberikan terapi untuk mengurangi rasa depresi ini. Berbagi pengalaman dengan orang lain membuat anda sadar bahwa orang paling malang sedunia itu bukan anda.

* Makan dengan baik. Jangan sampai seorang ibu baru kehabisan energi karena dia tidak memperhatikan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Nutrisi yang tidak cukup bakal menyebabkan lebih banyak depresi.

* Tetap merawat diri dengan baik. Punya bayi memang membuat ‘me time‘ atau waktu untuk diri sendiri berkurang, namun usahakan untuk selalu tetap memilikinya sejenak saja. Pergunakan waktu yang berharga itu untuk mandi dan merawat diri, menyisir, atau bahkan menikmati pijat aromaterapi serta senam untuk mengembalikan kekencangan tubuh. Intinya, carilah cara untuk menyenangkan diri sendiri, selain merawat bayi anda dan mintalah pengertian suami dan anggota keluarga yang lain untuk hal ini.

* Tuliskan bila sempat. Segala perasaan setelah melahirkan bisa dituliskan dalam buku harian anda, sehingga dapat dibandingkan bagaimana perasaan anda seminggu atau sebulan yang lalu dengan perasaan anda hari ini. Menulis akan membuat tugas merawat bayi menjadi lebih menyenangkan karena anda dapat merekam kembali momen – momen penting dalam hidup anda senang, sedih, tertekan dan bahagia bersama si buah hati. Pergilah ke psikiater atau psikolog. Bila depresi tak juga berkurang, boleh jadi anda membutuhkan bantuan ahli.

0 komentar: